Selasa, 23 Desember 2008
Sejarah dan Perkembangan Handphone
Sejarah
Sejarah GSM diawali dengan diadakannya konferensi pos dan telegraf di Eropa pada tahun 1982. Konferensi ini membentuk suatu study group yang bernama Groupe Special Mobile (GSM) untuk mempelajari dan mengembangkan sistem komunikasi publik di Eropa. Pada tahun 1989, tugas ini diserahkan kepada European Telecommunication Standards Institute (ETSI) dan GSM fase I diluncurkan pada pertengahan 1991.
Pada tahun 1993, sudah ada 36 jaringan GSM di 22 negara. Keunikan GSM dibanding generasi pertama adalah layanan SMS. SMS atau Short Message Service adalah layanan dua arah untuk mengirim pesan pendek sebanyak 160 karakter. GSM yang saat ini digunakan sudah memasuki fase 2.Setelah 2G, lahirlah generasi 2,5 G yang merupakan versi lebih baik dari generasi kedua. Generasi 2,5 ini mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE.Baru-baru ini, tren komunikasi seluler mulai beralih kepada generasi berikutnya yang diprediksikan akan menjadi teknologi komunikasi seluler yang menjanjikan. Generasi 3 atau 3G merupakan teknologi terbaru dalam dunia seluler. Generasi ini lebih dikenal dengan sebutan UMTS (Universal Mobile Telecommunication System) atau WCDMA (Wideband - Coded Division Multiple Access). Kelebihan generasi terbaru ini terletak pada kecepatan transfer data yang mencapai 384 kbps di luar ruangan dan 2 Mbps untuk aplikasi indoor.Selain itu, generasi ini dapat menyediakan layanan multimedia seperti internet, video streaming, video telephony, dan lain-lain dengan lebih baik. Generasi ketiga ini menggunakan teknologi CDMA yang awalnya muncul dari teknologi militer Amerika Serikat dan dikhususkan pada standar IS-95. Beberapa paten pada jaringan-jaringan yang ada sekarang yang berbasis pada teknologi CDMA dimiliki Qualcomm Inc., sehingga pembuat peralatan membayar royalti.Teknologi CDMA membuat kapasitas suatu sel menjadi lebih besar dibanding sistem GSM karena pada sistem CDMA, setiap panggilan komunikasi memiliki kode-kode tertentu sehingga memungkinkan banyak pelanggan menggunakan sumber radio yang sama tanpa terjadinya gangguan interferensi dan cross talk. Sumber radio dalam hal ini adalah frekuensi dan time slot yang disediakan untuk tiap sel.Sistem komunikasi wireless berbasis CDMA pertama kali digunakan pada tahun 1995 dan sampai sekarang, CDMA merupakan saingan utama dari sistem GSM di banyak negara. Pada tahun 1999, the International Telecommunication Union (ITU) memilih CDMA sebagai standar teknologi untuk generasi ketiga (3G). Varian CDMA yang banyak digunakan adalah WCDMA dan TD-SCDMA.Pada bulan Mei 2001 sudah terdapat 35 juta pelanggan CDMA di seluruh dunia. Dan pada tahun 2003, terdapat 100 juta pelanggan yang menggunakan CDMA di seluruh dunia. Kelebihan utama yang dimiliki generasi ketiga adalah kemampuan transfer data yang cepat atau memiliki bit rate yang tinggi.Tingginya bit rate yang dimiliki menyebabkan banyak operator CDMA dapat menyediakan berbagai aplikasi multimedia yang lebih baik dan bervariasi, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan. Bayangkan saja, hanya dengan sebuah handphone, kita memiliki fasilitas kamera, video, komputer, stereo dan radio. Selain itu, berbagai fasilitas hiburan pun bisa dinikmati seperti video klip, keadaan lalu lintas secara real time, teleconference, bahkan sekadar memesan tempat di restoran, cukup dengan menekan tombol di handphone.Ketika kita duduk di rumah pun, kita masih bisa melakukan berbagai hal tanpa harus keluar ruangan, seperti mencek saldo bank, membayar SPP untuk kuliah anak-anak, memesan makanan dan lain-lain. Itu semua bukan hal yang mustahil bagi generasi ketiga.Dalam jangka panjang, CDMA dan teknologi-teknologi lainnya seperti GSM akan dibandingkan berdasarkan pada biaya total per pelanggan dari jaringan infrastruktur dan harga pesawat telefon.Dengan 3G, komunikasi murah dan berkualitas bukan impian belaka.
Pergeseran Budaya akibat Teknolog
Menarik garis lurus ke belakang, saat sekolah tingkat pertama, boleh menjadi satu titik awal kreatifitas berkarya dilakukan.
Minimnya uang saku yang Cuma 500 rupiah setiap hari, diakali dengan berjalan kaki atopun naik sepeda, uang 500 tadipun selain bisa disulap jadi makanan ringan, bisa juga menjadi kartu ucapan.
Namun mahalnya kartu ucapan jadi satu pemicu lahirnya kreatifitas akan keinginan mengucapkan selamat kepada setiap orang yang dikenal.
Maka uang sakupun dikumpulkan dan dibeli satu lembar kertas manila besar yang harganya cuma 4x uang saku per hari.
Itu artinya dengan uang segitu, kartu ucapan yang minimal 20 biji bisa siap ditangan.
Berbekal corat-coret kecil dan tempel gambar sana sini, jadilah kartu ucapan made in sendiri dan siap kirim kemanapun tujuannya.
Berkirim kabarpun sedianya jauh-jauh hari sudah ditulis tangan dan disiapkan agar sampai tepat waktu.
Tentu dengan bea perangko yang tinggi dan juga amplop yang menarik. Ditambah satu harapan besar pada pak pos yang mengantar agar jangan sampe telat.
Pergeseran budaya yang terjadi hingga hari ini, rupanya lebih banyak disebabkan makin majunya teknologi yang makin hari makin dekat dan nyata didepan mata.
Saling mengucapkan syukur dan selamat saat hari raya maupun event tertentu, tak lagi disusahkan dengan corat-coret dan persiapan panjang, cukup dengan mengetik pesan singkat via ponsel, maka dalam waktu lima menitpun rasanya balasan sudah bisa diterima. Hanya saja ucapan ini begitu mudah pula dihapus dan dilupakan. Sedemikian lewat saja.
Berkirim cerita dengan suratpun bisa digantikan panjang lebar dengan fitur email, yang bisa ditambahkan dengan gambar maupun suara sekalipun, gak perlu yang namanya kaset tape recorder yang diselipkan hanya untuk membekali isi surat demi sesuatu yang lebih surprise.
Penyampaian berita pentingpun tak harus menunggu sehari dua lantaran kiriman Telegram tak jua muncul, tinggal luangkan waktu sejenak dengan harga maksimal 350 rupiah, kabar berita pentingpun bisa sampai ditujuan dengan selamat.
Namun satu hal yang dapat dirasakan, kini tak ada lagi yang namanya rasa kehangatan ataupun perasaan menunggu-nunggu kiriman surat dari sang kekasih atau orang yang dicintai, karena dalam waktu sekian menitpun pasti akan ada jawabannya.
Pergeseran akibat teknologipun sedikit demi sedikit mampu mengikis rasa kehangatan dan kekeluargaan yang ada dalam kekerabatan sekaligus pula mempermudah komunikasi tanpa jangka waktu yang lama.
http://pandebaik.com/2008/02/08/pergeseran-budaya-akibat-teknologi/
peranan perkembangan tenologi teleponselulatr dalam mengubah perilaku dan budaya pada individu
Pengiriman short message service (SMS) di seluruh dunia tahun 2002 mencapai 430 miliar, dan harian The Guardian di Inggris melakukan kompetisi penulisan puisi melalui SMS yang diikuti 8.000 peserta. Hasilnya menakjubkan, meski hanya memiliki 160 karakter, kreativitas manusia ternyata bisa lebih tersalurkan. Fenomena unik ini menginspirasi seniman Fiddian Warman dan Siobhan Hapaska untuk membuat patung SMS di Kota Loch Lomond, Skotlandia.
Tabel di atas memperlihatkan telepon seluler (ponsel) bisa menjadi working tool terutama bagi para pelaku bisnis maupun profesional untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Selain itu, juga untuk menjalin hubungan sosial, atau alat hiburan serta memperoleh informasi terdini mengenai topik tertentu.
AM Townsend (2000) menyatakan, di negara-negara berkembang ponsel telah mengurangi kesenjangan berkomunikasi di masyarakat. Penelitian yang dilakukan International Telecommunication Union (2001) menemukan bahwa jumlah penggunaan ponsel di 100 negara-negara miskin melampaui telepon tetap dan komputer, karena harga ponsel terjangkau.
Pemanfaatan ponsel berbeda pada setiap kelompok masyarakat. Bagi pelaku bisnis, ponsel lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan. Kalaupun digunakan untuk hal-hal yang sifatnya menghibur, biasanya dilakukan pada waktu senggang. Misalnya saat menunggu jadwal keberangkatan, saat di dalam mobil yang menggunakan sopir, atau saat istirahat.
Bagi anak muda, selain untuk berkomunikasi lebih sering untuk hiburan seperti kirim gambar, musik, atau permainan. Di samping itu, telepon ponsel dijadikan identitas status sosial mereka. Setiap kali keluar telepon model mutakhir, mereka berupaya untuk mendapatkan dan memperlihatkannya kepada teman. Mereka juga sering meminjamkan ponselnya dan memperlihatkan pesan-pesan yang diterima ke temannya.
Penggunaan ponsel bukan lagi sebagai alat berkomunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi sosial yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Orang yang tidak suka tampil di tempat umum bisa melakukan interaksi dan komunikasi sosial dengan yang lainnya, sambil mempertahankan ruang pribadinya sendiri. Artinya, seseorang bisa berada di ruang publik meskipun secara fisik dia tidak berada di sana.
Beberapa penelitian memperlihatkan, penggunaan ponsel memberi kontribusi yang cukup besar bagi seorang anak untuk dapat mengembangkan kompetensi sosialnya. Misalnya, kecepatan bereaksi dan beradaptasi dalam menghadapi situasi yang tidak diprediksikan sebelumnya. Dia juga bisa mengembangkan kemampuan berbicara dan membahas topik-topik di luar perkiraannya.
Melalui ponsel si anak belajar dengan cepat untuk menilai sifat dan karakteristik lawan bicaranya meski tak pernah bertemu. Dengan sendirinya ia juga belajar dengan cepat berperilaku dengan kelompok bicara yang baru dikenalnya.
Ini semua terjadi karena ponsel si anak selalu dalam keadaan hidup dan sering kali menerima telepon di luar waktu yang diharapkan. Juga dengan topik yang tak terpikirkan sebelumnya.
Budaya dan Teknologi
Kemajuan teknologi selalu berjalan beriringan dengan sejarah manusia dan selama ini teknologi terus berkembang ketingkat-tingkat yang lebih tinggi dan kompleks pada tataran teknik. Selama keberadaannya, teknologi selalu diciptakan untuk mempermudah pekerjaan manusia dalam bidang apapun. Dengan hadirnya teknologi ketengah-tengah kehidupan manusia dan dipergunakan secara terus menerus dirasa telah mengubah pandangan manusia tentang teknologi itu sendiri. Teknologi menjelma menjadi budaya. Karena terbiasa menggunakan dan dimanjakan oleh teknologi, nampaknya teknologi tidak lagi dianggap sebagai alat bantu, melainkan ia dipandang sebagai sebuah kebutuhan. Ketergantungan terhadap teknologi pun kemudian terjadi. Semejak itulah kemudian seiring dengan membudayanya teknolgi manusia sedikit demi sedikit berubah menjadi mahkluk yang malas. Kebanyakan manusia mungkin berkata “ngapain harus repot kalau ada teknologi”. Tidak salah memang. Segala sesuatu saya rasa selalu memiliki dua sisi, kelebihan dan kekurangan, keuntungan dan kerugian, dampak positif dan negatif tak terkecuali teknologi.
Kita masuk saja pada bidang komunikasi. Karena teknologi di bidang ini adalah teknologi yang dirasa paling besar penggunaannya seperti telepon, ponsel, televisi, radio, internet dan lain sebagainya. Sepertinya teknologi-teknolgi tersebut sudah merubah pola hidup manusia.. Untuk ponsel, hampir setiap orang dari semua lapisan khususnya di indonesia memilikinya. Ponsel bukan lagi menjadi barang mewah. Ponsel telah menjamur dan memudahkan manusia untuk melakukan komunikasi. Merubah pola interaksi manusia. Manusia tidak lagi terbatasi oleh jarak dan waktu ketika ingin berkomunikasi. Manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar. Dengan fasilitas yang dimiliki oleh ponsel, maka di zaman yang serba canggih dan modern ini segalanya bisa dilakukan dengan duduk di tempat tanpa perlu beranjak dari tempat duduk dan meninggalkan aktivitas seseorang. Mulai dari mengisi pulsa, transfer uang, memesan tiket, belanja, hingga memesan makanan dapat dilakukan tanpa beranjak dari tempat sedikitpun. Memang akan menjadi lebih mudah tetapi orang akan lebih tidak peduli dengan rasa sosial.
Belum lagi televisi yang sepertinya sudah menjadi sarapan bagi banyak keluarga. Televisi memang penuh dengan informasi tentang segala hal. Selain itu juga teknologi menjalankan fungsi sebagai penghibur. Televisi memiliki fungsi informasi dan entertainment. Mungkin ini yang membuat tidak sedikit orang rela seharian penuh duduk di depan televisi dan menatapinya. Namun apa yang terjadi jika manusia ketergantungan terhadap televisi? Kita lihat saja bagaiman kekuatan televisi mampu mempengaruhi pikiran dan tindakan konsumennya melalui siaran-siaran yang sronok atau kartun yang menampilkan kekerasan sekali. Belum lagi pemberitaan-pemberitaan yang mungkin saja berpihak. Artinya pengguna televisi bisa menjadi orang sangat terpengeruhi oleh televisi, sikap sifat dan kepribadiannya tergantung pada apa yang dikatakan telavisi. Dalam hal ini konsumen televisi hendaknya mencari informasi-informasi dari sumber lain selain televisi. Agar waspada akan kekuatan televisi tersebut.
Internet merupakan sebuah media komunikasi yang sekarang sedang gencar-gencarnya digandrungi manusia. Segala macam informasi, hiburan, dan dari seluruh dunia. Bermacam feature bisa di akses oleh penggunannya. Berskala internasional, mungkin ini yang membuat banyak orang tertarik untuk menggunakan internet. Untuk banyak kasus internet telah membawa kemajuan bagi bangsa ini. Ketika internet digunakan sebagai media pendidikan maka internet sangatlah efektif dan efisien dalam menjangkau target pendidikan. Karena saya rasa informasi atau pelajaran yang kita dapat di kelas-kelas sekolah masih sangatlah kurang. Informasi-informasi lebihnya justru kita didapat dari luar kelas termasuk internet. Dalam internet banyak sekali dunia bisa kita jamah. Email-emailan, chating, gaming dan lain sebagainya yang menjadi daya tarik internet. Pada wilayah inilah kemudian internet menarik perhatian manusia dan membuatnya ketergantung. Apa yang pertama terfikir oleh anda jika diberi tugas membuat makalah oleh dosen? “internet” apa yang akan anda lakukan jika mencari informasi tentang hal-hal yang mungkin sulit untuk ditemukan? “internet”. Ketika itulah internet membudaya. Mungkin seperti halnya ponsel, internet mampu membuat manusia menjadi pemalas. “ Manusia menjadi malas untuk bersosialisasi dengan teman dan lingkungan sekitar”. Belum lagi akses pornografi yang mudah sekali didapat melalui internet. Kemudian pada tataran identitas, setiap orang bisa saja memalsukan identitasnya seperti apa yang dia inginkan. Orang-orang yang tidak bisa menerima kekurangannya sendiri memiliki ruang bernafas di internet. Ini berarti ada ruang bagi orang untuk berbohong pada orang lain bahkan pada dirinya sendiri. Saya rasa inilah yang menjadi salah satu menyebab terjadinya krisis jati diri pada diri seseorang.
Posted in PERTEKOM |
Perkembangan Teknologi Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision, yang mempunyai arti masing-masing jauh dan tampak (wikipedia.org). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV. televisi merupakan salah satu sumber informasi yang bersifat satu arah, linier communication. Televisi selain dapat digunakan sebagai media edukasi, informasi juga dapat berperan sebagai media entertainment bagi para pemirsanya. Peran televisi sebagai media massa adalah hal yang melekat, dan merupakan media massa yang dapat dipublikasikan secara cepat.
Sama juga seperti radio, pada awalnya untuk mendapatkan gelombang siaran, televisi juga membutuhkan antena karena harus melakukan proses encoding dari gelombang yang ditransmisikan oleh stasiun televisi, awalnya untuk mencari siaran televisi juga dilakukan secara manual layaknya frekuensi radio (masih analog), kemudian mulai dikembangkan teknologi yang lebih digital maka tercipta remote dan untuk melakukan tuning siaran televisi cukup dengan menekan tombol dari remote pada masa ini hanya stasiun televisi lokal dan nasional yang dapat dinikmati.
Perkembangan Terbaru
Perkembangan televisi yang menjadi trend pada saat ini adalah Televisi Kabel. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena (wikipedia.org). Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telepon juga dapat disampaikan lewat kabel.
Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem analog.
Pandangan
Perkembangan teknologi televisi ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan informasi penting. Kemudahan memperoleh informasi lintas negara semakin menunjukkan globalisasi yang semakin hari semakin melekat pada tiap diri khalayak. Dengan menyikapi perkembangan televisi untuk hal yang positif, maka akan dengan sendirinya teknologi tersebut telah benar-benar bermanfaat.
Pasti ada berbagai pandangan dalam melihat sebuah hal, begitu pula dengan perkembangan televisi kabel. Dengan maraknya penggunaan kabel fiber optik dalam berbagai hal, menyebabkan banyak terjadi penggalian jalan raya sehingga membuat pengguna jalan menjadi tidak nyaman.
Dipandang dari segi sosial budaya, ada yang berpendapat bahwa dengan semakin maraknya penggunaan televisi kabel menyebabkan tayangan-tayangan yang global, khususnya tayangan yang menyajikan kebudayaan barat, menjadi konsumsi masyarakat Indonesia pada khususnya dan menyebabkan terjadinya pergeseran nilai sosial budaya yang dibawa dengan menggunakan tayangan televisi.
Perkembangan teknologi akan terus berkembang, inovasi-inovasi terbaru akan terus bermunculan. Manfaatkan perkembangan teknologi tersebut untuk kepentingan positif dan tidak merugikan masyarakat umum. Perkuat nilai religius, sosial, dan budaya yang dianut agar memiliki konsep diri yang kuat, serta tidak mudah diombang-ambingkan oleh perubahan-perubahan yang disebabkan oleh perkembangan-perkembangan.
SEJARAH PERKEMBANGAN TELEVISI
Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdiri dan beroperasinya TVRI. Pada perkembangannya TVRI menjadi alat strategis pemerintah dalam banyak kegiatan, mulai dari kegiatan sosial hingga kegiatan-kegiatan politik. Selama beberapa decade TVRI memegang monopoli penyiaran di Indonesia, dan menjadi “ corong “ pemerintah. Sejak awal keberadaan TVRI, siaran berita menjadi salah satu andalan. Bahkan Dunia dalam Berita dan Berita Nasional ditayangkan pada jam utama. Bahkan Metro TV menjadi stasiun TV pertama di Indonesia yang fokus pada pemberitaan, layaknya CNN atau Al-Jazeera. Pada awalnya, persetujuan untuk mendirikan televisi hanya dari telegram pendek Presiden Soekarno ketika sedang melawat ke Wina, 23 Oktober 1961.
Maraknya komunitas televisi swasta membawa banyak dampak dalam kehidupan masyarakat, baik positif atau negatif. Kehadiran mereka pun sering menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat. Pada satu sisi masyarakat dipuaskan oleh kehadiran mereka yang menayangkan hiburan dan memberikan informasi, namun di sisi lain mereka pun tidak jarang menuai kecaman dari masyarakat karena tayangan-tayangan mereka yang kurang bisa diterima oleh masyarakat ataupun individu-individu tertentu. Bagaimanapun juga, televisi telah menjadi sebuah keniscayaan dalam masyarakat dewasa ini. Kemampuan televisi yang sangat menakjubkan untuk menembus batas-batas yang sulit ditembus oleh media masa lainnya. Televisi mampu menjangkau daerah-daerah yang jauh secara geografis, ia juga hadir di ruang-ruang publik hingga ruang yang sangat pribadi. Televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar hidup ( gerak atau live ) yang bisa bersifat politis, informatif, hiburan, pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Oleh karena itu, ia memiliki sifat yang sangat istimewa.
Kemampuan televisi yang luar biasa tersebut sangat bermanfaat bagi banyak pihak, baik dari kalangan ekonomi, hingga politik. Bagi kalangan ekonomi televisi sering dimanfaatkan sebagai media iklan yang sangat efektif untuk memperkenalkan produk pada konsumen. Sementara, bagi kalangan politik, televisi sering dimanfaatkan sebagai media kampanye untuk menggalang masak, contohnya adalah, banyak pihak yang menilai kemenangan SBY di Indonesia dan JFK di Amerika sebagai presiden adalah karena kepiawaian mereka memenfaatkan media televisi. Belakangan, televisi pun sering dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai media sosialisasi sebuah kebijakan yang akan di ambil kepada masyarakat luas, seperti yang belakangan adalah sosialisasi tentang kenaikan harga BBM dan tarip dasar listrik. Kehadiran televisi banyak memberi pengaruh positif dalam masyarakat, terutama yang terkait dengan kemampuannya untuk menyebar informasi yang cepat dan dapat diterima dalam wilayah yang sangat luas pada waktu yang singkat. Hasil penelitian MRI ( 2001 ) terhadap para ibu yang diungkapkan oleh Puspito ( Almira-online ) menyebutkan bahwa siaran televisi memberikan dampak positif bagi anak-anak mereka. Diantara dampak positif tersebut adalah menambah wawasan anak, anak menjadi lebih cerdas, anak dapat membedakan yang baik dan jahat, serta dapat mengembangkan keterampilan anak. Dampak negatif yang ia lihat pada anak mereka, yaitu berperilaku keras, moralitas negatif, anak pasif, dan tidak kreatif nilai sekolah rendah, kecanduan menonton, dan perilaku konsumtif.
• SEJARAH TELEVISI LOKAL
Penyiaran saat ini tidak lagi menjadi monopoli Jakarta. Fenomena menjamurnya televisi lokal di berbagai daerah dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002, hingga saat ini telah menghimpun sebanyak 23 industri televisi lokal. Anggotanya tersebar di berbagai daerah di Indonesia, ada Bandung TV di Bandung, Bali TV di Bali, Riau TV di Pekanbaru Riau, dan berbagai daerah lainnya. Belum lagi keberadaan televisi lokal lainnya yang belum terdata sama sekali. Dapat dibayangkan betapa ramainya udara Indonesia di masa yang akan datang dengan maraknya televisi lokal yang akan bermunculan. menggeliatnya perkembangan televisi lokal tidak seindah yang dibayangkan. Televisi lokal yang sudah beroperasi banyak yang berjibaku dengan masalah internalnya, dari persoalan buruknya manajemen, baik manajemen sumber daya manusianya maupun manajemen keuangannya, hingga pada persoalan sulitnya mendapatkan share iklan.
Iklan merupakan masalah tersendiri yang cukup membuat gelisah para pengelola sebagian besar televisi lokal. Potret buruknya sistem manajemen sebagian televisi lokal dapat dilihat dalam peristiwa protes karyawan salah satu televisi lokal yang terjadi di tahun 2005. Protes karyawan dilatarbelakangi karena rendahnya upah yang diterima serta tidak adanya kepastian kerja bagi mereka. Tumpuan harapan
Publik sesungguhnya menaruh harapan begitu tinggi terhadap televisi lokal. Kehadirannya di belantika penyiaran diharapkan dapat memberi alternatif tontonan dan dapat mengakomodasi khazanah lokalitas yang saat ini kurang tertampung dalam tayangan televisi Zaman telah berubah, konsentrasi media dan pemusatan modal ingin dihilangkan. Walau tidak bisa dilakukan secara langsung, keinginan menyebar sumber daya itu akan dilakukan secara bertahap seiring dengan penataan sistem dan regulasinya. Ini merupakan berkah yang patut disyukuri masyarakat daerah.
Bila keadaan ini terus berjalan sesuai harapan, geliat industri penyiaran di daerah akan berkembang dan orang tidak lagi melihat Jakarta sebagai pusat peradaban penyiaran. Peradaban penyiaran lambat laun akan tumbuh di berbagai daerah. Fenomena ini mungkin hampir sama dengan keadaan pada zaman Yunani kuno. Di sana polis- polis berkembang dan kebudayaan tidak terpusat di suatu tempat. Tanggung jawab pengelola
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh industri televisi lokal menuntut perhatian dan upaya untuk mengatasinya. Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab regulator penyiaran, melainkan juga menjadi tanggung jawab pengelola televisi lokal itu sendiri. Dari sudut regulator diharapkan ada regulasi atau kebijakan yang memihak terhadap tumbuhkembangnya televisi lokal.
Pemihakan itu kemudian dituangkan dalam produk peraturan. Dari sisi televisi lokal, harus segera dilakukan upaya, antara lain pertama, televisi lokal harus mampu menciptakan keunikan dari program siaran yang dikelolanya. Bila hal ini dapat dilakukan, setidaknya televisi lokal dapat membangun posisi tawar di hadapan televisi Jakarta dan dapat meraih pemirsa daerah yang selama ini menjadi penonton loyal televisi local. Bila televisi lokal telah menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri, rasanya cita-cita mewujudkan sistem penyiaran nasional yang berkeadilan bukanlah sebuah impian yang utopis.
Pada era otonomi daerah, peran media massa makin urgen. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 yang direvisi menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah lebih menitikberatkan pada partisipasi dan kontrol masyarakat serta pemberdayaan institusi lokal. Salah satu upaya yang harus dilakukan demi suksesnya otonomi daerah adalah mengoptimalkan peran institusi lokal nonpemerintah, seperti media massa. Strategi komunikasi yang berkembang pun tidak lagi centrist vertical seperti pada masa Orde Baru. Pada masa itu, media massa hanya menjadi corong komunikator puncak yang duduk di jabatan tertinggi pemerintahan sehingga informasi yang beredar pun hanya untuk kepentingan pemerintahan. Sementara itu, masyarakat diposisikan hanya sebagai komunikan yang dijejali dengan berbagai propaganda. Di Indonesia saat ini sudah berkembang startegi komunikasi two way traffic yang dalam pandangan Peterson dan Burnett, telah terjadi komunikasi vertikal downward communication dan upward communication.
Realitas tersebut merupakan angin surga bagi kehidupan media massa di tanah air. Setidaknya, media massa pada orde ini dapat lebih memberdayakan dirinya sembari tetap mempertahankan empat fungsi pokoknya, yakni, memberikan informasi (to inform), menjadi media pendidikan (to educate), sarana hiburan bagi masyarakat (to entertain), dan kontrol sosial (social control). Keempat fungsi pokok tersebut harus dikayuh dalam bingkai-bingkai norma yang berlaku, baik norma hukum, norma agama, norma susila, maupun norma kesopanan.
Oleh : Dadan Rusmawan
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia sendiri 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Televisi analog mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi digital dapat dimasukan ke analog.
Sistem yang dipergunakan dalam televisi analog adalah NTSC (National Television System(s)) Committee, badan industri pembuat standar yang menciptakannya. Sistem ini sebagian besar diteraapkan di Amerika Serikat (AS) dan beberapa bagian Asia Timur, seperti: China/Tiongkok, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan, Taiwan, Mongolia.
Sementara, sistem PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by line atau untuk phase alternation line). Dalam bahasa Indonesia: garis alternasi fase), adalah sebuah encoding berwarna digunakan dalam sistem televisi broadcast, digunakan di seluruh dunia. PAL dikembangkan di Jerman oleh Walter Bruch, yang bekerja di Telefunken, dan pertama kali diperkenalkan pada 1967.
Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1 Dolby Digital. Ia memiliki resolusi yang jauh lebih tinggi dari standar lama. Penonton melihat gambar berkontur jelas, dengan warna-warna matang, dan depth-of-field yang lebih luas daripada biasanya. HDTV memiliki jumlah pixel hingga 5 kali standar analog PAL yang digunakan di Indonesia.
Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena. Selain acara televisi, acara radio FM, internet, dan telephon juga dapat disampaikan lewat kabel.
Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia, Asia Timur, Amerika Selatan, dan Timur Tengah. Televisi kabel kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah di berbagai daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan untuk menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak penerima digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi kabel modern sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih banyak saluran televisi daripada sistem analog.
Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang mirip seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi lokal dan televisi kabel. Di banyak tempat di bumi ini, layanan televisi satelit menambah sinyal lokal yang kuno, menghasilkan jangkauan saluran dan layanan yang lebih luas, termasuk untuk layanan berbayar.
Sinyal televisi satelit pertama disiarkan dari benua Eropa ke satelit Telstar di atas Amerika Utara pada tahun 1962. Satelit komunikasi geosynchronous pertama, Syncom 2 diluncurkan pada tahun 1963. Komunikasi satelit komersial pertama di dunia, disebut Intelsat_I (disebut juga Early Bird), diluncurkan ke orbit pada tanggal 6 April 1965. Satelit jaringan televisi nasional pertama, Orbita, dibuat di Uni Soviet pada tahun 1967. Satelit domestik Amerika Utara pertama yang memuat siaran televisi adalah geostasiun Anik 1 milik Kanada, yang diluncurkan pada tahun 1872.id:Satellite television.
Senin, 15 Desember 2008
Tantangan Pemerintah dalam Menghadapi Konvergensi Teknologi
Perkembangan teknologi kiat pesat. Dan ada sebuah fenomena menarik pada hari ini yaitu maraknya konvergensi teknologi. Misalnya, radio yang dahulu hanya bisa didengarkan via gelombang radio dengan menggunakan pesawat radio, kini juga bisa didengarkan via jalur TCP/IP (internet). Contoh lain, dengan munculnya teknologi "mobile", akan mendorong munculnya Televisi mobile yang dapat kita lihat siarannya via HP atau PDA.
Contoh lain, mengenai pemunculan IPv6, akan memungkinkan semua alat memiliki IP address tersendiri yang unik, bahkan kalau perlu setiap manusia yang lahir punya IP address masing-masing (well, masuk akal ga nih?). Jika semua alat memiliki IP address tersendiri, maka akan memudahkan yang namanya transparansi dalam dunia maya, dimana lokasinya, posisinya, dan sebagainya. Semua teknologi saling konvergensi satu sama lain.
Menghadapi hal tersebut, pemerintah sebagai pihak regulator memiliki tantangan yang cukup menarik. Berbagai peraturan yang dibuat yang berkaitan dengan teknologi (lihat di sini), mau tidak mau harus bisa mengikuti alur perkembangan teknologi itu sendiri. Sebagai contoh, pemerintah pernah mengeluarkan peraturan mengenai telekomunikasi, dan juga peraturan mengenai penyiaran. Antara telekomunikasi dan penyiaran keduanya akan semakin menyatu akibat konvergensi teknologi. Sehingga barangkali perlu sebuah peraturan yang sekaligus mencakup kedua hal tersebut. Dan ini bukan pekerjaan yang mudah, karena harus melibatkan berbagai pihak terkait (misal: Ditjen Postel, Direktorat Penyiaran, KPI, dll).
Terkait dengan hal ini, belakangan kita sering mendengar mengenai RUU ITE (Rancangan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik). Terlepas dari pro dan kontra mengenai isi dari RUU ITE tersebut, yang jelas kebutuhan akan regulasi dibidang ini sangat mendesak. Dan disinilah tantangan pemerintah agar dapat lebih cerdas dalam mengikuti perkembangan teknologi. Dan pihak di luar pemerintah ada baiknya tidak sekedar memberikan kritik, tapi juga saran membangun. Karena untuk melahirkan sebuah peraturan yang baik, butuh kerjasama dari semua pihak.